Cari Blog Ini

Jumat, 25 Desember 2009


Belanja di ''Toko Kebahagiaan''

Seorang muda yang selalu resah dan gelisah menemui seorang bijak dan
bertanya, ''Berapa lamakah waktu yang saya butuhkan untuk memperoleh
kebahagiaan?'' Orang bijak itu memandang si anak muda kemudian
menjawab, ''Kira-kira sepuluh tahun.''

Mendengar hal itu anak muda tadi terkejut, ''Begitu lama,?'' tanyanya
tak percaya.
''Tidak,'' kata si orang bijak, ''Saya keliru. Engkau membutuhkan 20
tahun.''
Anak muda itu bertambah bingung. ''Mengapa Guru lipatkan dua,?''
tanyanya keheranan. Orang bijak kemudian berkata, ''Coba pikirkan,
dalam hal ini mungkin engkau membutuhkan 30 tahun.''

Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika membaca cerita di atas?
Tahukah Anda mengapa semakin banyak orang muda itu bertanya, semakin
lama pula waktu yang diperlukannya untuk mencapai kebahagiaan?

Lantas, bagaimana cara kita mendapatkan kebahagiaan? Sebagaimana yang
telah sering saya sampaikan dalam rubrik ini, kebahagiaan hanya akan
dicapai kalau kita mau melakukan pencarian ke dalam. Namun, itu semua
tidak dapat Anda peroleh dengan cuma-cuma. Anda harus mau membayar
harganya.

Agar lebih mudah saya akan menggunakan analogi sebuah toko. Nama toko
itu adalah ''Toko Kebahagiaan.'' Di sana tidak ada barang yang
bernama ''kebahagiaan'' karena ''kebahagiaan'' itu sendiri tidak
dijual. Namun, toko ini menjual semua barang yang merupakan unsur-
unsur pembangun kebahagiaan, antara lain: kesabaran, keikhlasan, rasa
syukur, kasih sayang, kejujuran, kepasrahan, dan rela memaafkan.
Inilah ''barang-barang'' yang Anda perlukan untuk mencapai
kebahagiaan.

Tetapi, berbeda dari toko biasa, toko ini tidak menjual produk jadi.
Yang dijual di sini adalah benih. Jadi, kalau Anda tertarik untuk
membeli ''kesabaran'' Anda hanya akan mendapatkan ''benih
kesabaran.'' Karena itu, segera setelah Anda pulang ke rumah Anda
harus berusaha keras untuk menumbuhkan benih tersebut sampai ia
menghasilkan buah kesabaran.

Setiap benih yang Anda beli di toko tersebut mengandung sejumlah
persoalan yang harus Anda pecahkan. Hanya bila Anda mampu memecahkan
persoalan tersebut, Anda akan menuai buahnya. Benih yang dijual di
toko itu juga bermacam-macam tingkatannya. ''kesabaran tingkat 1,''
misalnya, berarti menghadapi kemacetan lalu lintas, atau pengemudi
bus yang ugal-ugalan. ''Kesabaran tingkat 2'' berarti menghadapi
atasan yang sewenang-wenang, atau kawan yang suka
memfitnah. ''Kesabaran tingkat 3'', misalnya, adalah menghadapi anak
Anda yang terkena autisme.

Menu yang lain misalnya ''bersyukur.'' ''Bersyukur tingkat 1'' adalah
bersyukur di kala senang, sementara ''bersyukur tingkat 2'' adalah
bersyukur di kala susah. ''Kejujuran tingkat 1,'' misalnya, kejujuran
dalam kondisi biasa, sementara ''kejujuran tingkat 2'' adalah
kejujuran dalam kondisi terancam. Inilah sebagian produk yang dapat
dibeli di ''Toko Kebahagiaan''.

Setiap produk yang dijual di toko tersebut berbeda-beda harganya
sesuai dengan kualitas karakter yang ditimbulkannya. Yang termahal
ternyata adalah ''kesabaran'' karena kesabaran ini merupakan bahan
baku dari segala macam produk yang dijual di sana.

Seorang filsuf Thomas Paine pernah mengatakan, ''Apa yang kita
peroleh dengan terlalu mudah pasti kurang kita hargai. Hanya harga
yang mahallah yang memberi nilai kepada segalanya. Tuhan tahu
bagaimana memasang harga yang tepat pada barang-barangnya.''

Dengan cara pandang seperti ini kita akan menghadapi masalah secara
berbeda. Kita akan bersahabat dengan masalah. Kita pun akan menyambut
setiap masalah yang ada dengan penuh kegembiraan karena dalam setiap
masalah senantiasa terkandung ''obat dan vitamin'' yang sangat kita
butuhkan.

Dengan demikian Anda akan ''berterima kasih'' kepada orang-orang yang
telah menyusahkan Anda karena mereka memang ''diutus'' untuk membantu
Anda. Pengemudi yang ugal-ugalan, tetangga yang jahat, atasan yang
sewenang-wenang adalah peluang untuk membentuk kesabaran. Penghasilan
yang pas-pasan adalah peluang untuk menumbuhkan rasa syukur. Suasana
yang ribut dan gaduh adalah peluang untuk menumbuhkan konsentrasi.
Orang-orang yang tak tahu berterima kasih adalah peluang untuk
menumbuhkan perasaan kasih tanpa syarat. Orang-orang yang menyakiti
Anda adalah peluang untuk menumbuhkan kualitas rela memaafkan.

Sebagai penutup marilah kita renungkan ungkapan berikut ini:
''Aku memohon kekuatan, dan Tuhan memberiku kesulitan-kesulitan untuk
membuatku kuat. Aku memohon kebijaksanaan, dan Tuhan memberiku
masalah untuk diselesaikan. Aku memohon kemakmuran, dan Tuhan
memberiku tubuh dan otak untuk bekerja. Aku memohon keberanian, dan
Tuhan memberiku berbagai bahaya untuk aku atasi. Aku memohon cinta,
dan Tuhan memberiku orang-orang yang bermasalah untuk aku tolong. Aku
mohon berkah dan Tuhan memberiku berbagai kesempatan. Aku tidak
memperoleh apapun yang aku inginkan, tetapi aku mendapatkan apapun
yang aku butuhkan.''

Sumber: Belanja di ''Toko Kebahagiaan'' oleh Arvan Pradiansyah,
Direktur Pengelola Institute for Leadership & Life Management (ILM)
dan Penulis Buku Life is Beautiful

Tidak ada komentar:

Posting Komentar